Konsep Pembangunan Berkelanjutan dari OUR COMMON FUTURE
>> Selasa, 21 September 2010
Pemenuhan kebutuhan manusia dan aspirasi adalah tujuan utama pembangunan. Kebutuhan penting dari sejumlah besar penduduk di negara-negara berkembang terhadap makanan, pakaian, tempat tinggal, pekerjaan - tidak terpenuhi, dan di luar kebutuhan dasar mereka, orang-orang ini memiliki hak untuk peningkatan kualitas hidup. Sebuah dunia di mana kemiskinan dan ketimpangan akan selalu rentan terhadap krisis ekologi dan krisis lainnya. Pembangunan berkelanjutan mengharuskan dipenuhinya kebutuhan dasar dan kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik.
Standar hidup yang melebihi dasar minimum, akan berlanjut hanya jika standar konsumsi sudah memperhatikan keberlanjutan jangka panjang. Namun banyak dari kita hidup di luar daya dukung ekologi, misalnya pola kita dalam penggunaan energi. Kebutuhan yang wajar ditentukan secara sosial dan budaya, dan pembangunan berkelanjutan harus menyebarluaskan nilai-nilai yang menciptakan standar konsumsi yang berada dalam batas-batas kemampuan ekologi dan yang semua orang dapat mencita-citakannya.
Penambahan jumlah penduduk dapat meningkatkan tekanan pada sumberdaya dan memperlambat peningkatan standar hidup di daerah di mana kemiskinan tersebar luas. Meskipun masalah ini bukan hanya pertambahan penduduk, melainkan juga distribusi sumberdaya. Pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilakukan jika perkembangan demografi selaras dengan perubahan potensi produktif ekosistem.
Kemampuan suatu kelompok masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan anggotanya bisa menurun – misalnya akibat pemanfaatan sumberdaya yang berlebihan. Arah perkembangan teknologi dapat memecahkan beberapa masalah langsung, tapi menyebabkan masalah lain yang lebih besar. Sebagian besar dari masyarakat mungkin terpinggirkan oleh pembangunan yang dianggap buruk.
Pertanian yang tidak berpindah, pengalihan sumber air, penambangan mineral, emisi panas dan gas beracun ke atmosfer, hutan komersial, dan manipulasi genetika merupakan contoh atau campur tangan manusia dalam sistem alam selama berlangsungnya pembangunan. Sampai saat ini, intervensi semacam itu dalam skala kecil dan dampaknya masih terbatas. Sekarang ini campur tangan itu meningkat drastis, baik skala maupun dampaknya, dan lebih mengancam sistem pendukung kehidupan, baik lokal maupun global. Ini tidak perlu terjadi. Paling tidak, pembangunan berkelanjutan tidak boleh membahayakan sistem alam yang mendukung kehidupan di Bumi: atmosfer, air, tanah, dan makhluk hidup.
Pertumbuhan tidak mengatur batas dalam hal populasi atau penggunaan sumberdaya yang terletak di luar bencana ekologi. Batas yang berbeda berlaku untuk penggunaan energi, bahan, air, dan tanah. Banyak diantaranya muncul dalam bentuk biaya yang meningkat dan hasil yang menurun, bukan dalam bentuk kerusakan sumberdaya yang tiba-tiba. Pengetahuan dan perkembangan teknologi yang semakin banyak dan maju dapat meningkatkan daya dukung sumberdaya alam. Tapi ada batas akhir, dan kesinambungan mengharuskan bahwa jauh sebelum hal ini tercapai, dunia harus memastikan akses yang adil terhadap sumberdaya yang terbatas itu dengan reorientasi upaya teknologi untuk meringankan tekanan itu.
Pertumbuhan ekonomi dan pemabngunan jelas mengakibatkan perubahan-perubahan pada ekosistem fisiknya. Semua ekosistem manapun tidak dapat dipertahankan untuk tak terjamah. Suatu hutan mungkin ditebangi di salah satu bagian daerah aliran sungai dan diperluas di bagian lainnya, yang bukan merupakan hal buruk bila eksploitasi itu telah direncakan masak-masak dan dampaknya terhadap laju erosi tanah, sumber air, dan kerugian genetik telah diperhitungkan. Secara umum, sumberdaya yang dapat pulih seperti hutan dan danau atau bagian laut yang banyak ikannya tidak perlu habis, asalkan laju pemanfaatannya dalam batas-batas regenerasi dan pertumbuhan alam. Akan tetapi sebagian besar sumberdaya alam yang dapat pulih merupakan bagian dari suatu ekosistem yang rumit dan saling terkait, dan hasil berlanjut yang maksimum harus ditentukan setelah memperhitungkan dampak eksploitasi terhadap sistem tersebut.
Bagi sumberdaya yang tak dapat pulih, seperti bahan bakar fosil dan mineral, penggunaannya jelas mengurangi stok yang tersedia bagi generasi mendatang. Namun ini tidak berarti bahwa sumberdaya demikian itu tidak boleh digunakan. Secara umum, laju pengambilannya harus memperhitungkan kekritisan sumberdaya itu, ketersediaan teknologi untuk meminimumkan pengurasannya, dan kemungkinan pengganti yang tersedia. Jadi lahan hendaknya tidak dirusak di luar kemampuan daya pulihnya. Dalam hal bahan bakar fosil dan mineral, laju pengurasan dan penekanan pada daur ulang serta penghematan penggunaannya perlu diperhatikan untuk memastikan agar sumberdaya itu tidak habis sebelum penggantinya tersedia. Pembangunan berkelanjutan menghendaki bahwa laju pengurasan sumberdaya yang tak dapat pulih harus dilakukan sekecil mungkin.
Pembangunan cenderung menyederhanakan ekosistem dan mengurangi keberagaman spesiesnya. Dan spesies, sekali punah tidak mungkin pulih kembali. Punahnya spesies tumbuhan dan hewan dapat sangat membatasi pilihan bagi generasi mendatang; itulah sebabnya pembangunan berkelanjutan menghendaki konservasi spesies tumbuhan dan hewan.
Apa yang disebut barang bebas seperti udara dan air adalah juga sumberdaya. Bahan mentah dan energi yang digunakan dalam proses produksi tidak semuanya diubah menjadi produk-produk yang bermanfaat. Sisanya muncul sebagai limbah. Pembangunan berkesinambungan menghendaki bahwa dampak yang berbahaya terhadap kualitas udara, air dan unsur-unsur alam lainnya diminimumkan, sehingga dapat mempertahankan integritas keseluruhan skosistem tersebut.
Pada pokoknya, pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang di dalamnya eksploitasi sumberdaya, arah investasi, oerientasi pengembangan teknologi dan perubahan kelembagaan semuanya dalam keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.
0 komentar:
Posting Komentar